Para Penerus

Para Penerus
H3 (Hilmy, Hanna & Hasyina)

FAK. KEDOKTERAN DAN KESEHATAN - UMJ

FAK. KEDOKTERAN DAN KESEHATAN - UMJ
Bila anda dapat info dari blog ini cantumkan di formulir KODE : Mi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)
Ket. lebih lanjut KLIK GAMBAR

PROGRAM DIII KEPERAWATAN (AKPER)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN (AKPER)
Ket. Lebih lanjut KLIK GAMBAR

DIII KEBIDANAN (AKBID) MUHAMMADIYAH

DIII KEBIDANAN (AKBID) MUHAMMADIYAH
Ket. lebih lanjut KLIK GAMBAR

PRODI. KEDOKTERAN - FKK - UMJ

PRODI. KEDOKTERAN - FKK - UMJ
Ket. Lebih lanjut KLIK GAMBAR

Minggu, 22 Maret 2009

Tata Cara Shalat Wajib (lanjutan 1)

1. lalu takbir [1] untuk melakukan ruku’ seperti takbir pada permulaan shalat dengan gerakannya.

اللّـــــهُ اَكـْــــــبَرُ
(Allâhu Akbar)
Artinya :
“Allah Maha Besar”


2. lalu ruku’

ruku’[2] seraya meratakan punggung dengan leher dan kedua telapak tangan mencengkram kedua lutut[3] sambil berdo’a :

سُبْحَانَكَ اَلَّلهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اَلَّلهُمَّ اغْفِرْلِى

(Subhânaka Allâhumma rabbanâ wa bihamdika Allâhummaghfirlî)[4]
Artinya :
“Maha suci Engkau, Yaa Allah Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu ya Allah, ampunilah dosaku”

atau membaca :

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ 3 x
)Subhâna rabbiyal ‘adhim([5]
Artinya :
“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Mulia”

atau membaca :

سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلَئِكَةُ وَالرُّوْهُ
“Subbûhun quddûsun rabbul-malâ`ikati warrûh[6]
Artinya :
“Maha Suci, Maha Quddus Tuhannya Malaikat dan ruh (Jibril)”
3. lalu bangun dari ruku dengan mengangkat kepala untuk I’tidal[7] dengan mengankat kedua belah tangan seperti pada takbir awal shalat sambil berdo’a :

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
(sami’allâhu liman hamidah)
Artinya :
“Semoga Allah mendengar orang yang memujinya”

dan bila sudah berdiri tegak (I’tidal), maka berdo’a :

رَبَّنَاوَلَكَ الْحَمْدُ
rabbanâ wa lakal-hamdu[8]
Artinya :
“Ya Tuhan kami, segala puji hanya bagi-Mu”

Lalu meletakkan kedua lutut untuk bersujud ;

4. lalu sujud seraya bertakbir[9]

اَللًّـــــهُ اَكـْــــــبَرُ
(Allâhu Akbar)
Artinya :
“Allah Maha Besar”

dan meletakkan kedua lutut, jari-jari kaki, kedua belah telapak tangan, dahi dan hidung di atas tanah (tempat sujud)[10]. Dengan mendahulukan meletakkan kedua lutut kemudian telapak tangan lalu dahi[11]. Kemudian mengarahkan jari-jari kaki ke Qiblat dan merenggangkan tangan dari lambung serta mengangkatnya dari tanah (tidak ditempelkan di atas tanah.[12]sambil berdo’a :

سُبْحَانَكَ اَلَّلهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اَلَّلهُمَّ اغْفِرْلِى
)Subhânaka Allâhumma rabbanâ wa bihamdika Allâhummaghfirlî([13]
Artinya :
“Maha suci Engkau, Yaa Allah Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu ya Allah, ampunilah dosaku”

atau membaca :

سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلىَ 3 x
)Subhâna rabbiyal a’lâ([14]
Artinya :
“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi”

atau membaca :

سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلَئِكَةِ وَالرٌّوْهُ
Subbûhun quddûsun rabbul-malâ`ikati warrûh[15]
Artinya :
“Maha Suci, Maha Quddus Tuhannya Malaikat dan ruh (Jibril)

5. Lalu mengangkat kepala (bangun dari sujud) dengan mengucapkan takbir

اَللَّـــــهُ اَكـْــــــبَرُ
(Allâhu Akbar)
Artinya :
“Allah Maha Besar”

dan duduk dengan tenang[16] sambil berdo’a :
اَلَّلهُمَّ اغْفِرْلِى, وَارْحَمْنِى, وَاجْبُرْنِى, وَاهْدِنِى, وَارْزُقْنِى
(Allâhummaghfirlî warhamnî wajburnî wahdinî warzuqnî)[17]
Artinya :
“Yaa Allah ampunilah aku, kasihilah aku, cukupilah aku, tunjukilah aku, dan berilah aku rizki”.

6. lalu sujud kedua, dengan takbir[18] :
اَلَّلـــــهُ اَكـْــــــبَرُ
(Allâhu Akbar)
Artinya :
“Allah Maha Besar”
seperti sujud sebelumnya.[19]

7. lalu bangun dari sujud kedua dengan bertakbir[20] Dan duduk sejenak;
اَلَّلـــــهُ اَكـْــــــبَرُ
(Allâhu Akbar)
Artinya :
“Allah Maha Besar”
Saat hendak berdiri untuk raka’at berikutnya, hendaklah duduk sejenak[21] bangun untuk berdiri
dengan tegak untuk raka’at berikutnya dengan menekan (sebelah) tangan pada tanah[22]

[1] HR. Bukhari dan Muslim : “Bila kamu menjalankan shalat, maka takbirlah”
Dan HR. Ibnu Majah dari Abu Humaid Sa’idi “bahwa Rasulullah s.a.w., jika shalat ia menghadap Qiblat dan mengangkat kedua belah tangan dengan membaca “Allahu Akbar.”
[2] QS. Al-Hajj : 77 artinya : “Hai orang-orang mukmin, hendaklah kamu ruku’, sujud dan sembahlah Tuhanmu serta berbuatlah kebaikan, agar kamu berbahagia.”
dan HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi s.a.w. bersabda : “Apabila kamu menjalankan shalat bertakbirlah, lalu membaca sekedar dari Qur’an, lalu ruku’ sehingga tenang (tuma’ninah), terus berdiri sampai lurus, kemudian sujud sehingga tenang, kemudian duduklah sampai tenang, lalu sujud lagi sehingga tenang pula; kemudian lakukanlah seperti itu dalam semua shalatmu”.
[3] HR. Bukhari dari Abu Humaid Sa’idi r.a. yang berkata : “Saya lebih cermat dari padamu tentang shalat Rasulullah s.a.w. kulihat apabila beliau bertakbir, mengangkat kedua tangannya sejurus dengan bahunya dan apabila ruku’meletakkan kedua tangannya pada lututnya, lalu membungkukkan punggungnya, lalu apabila mengankat kepalanya ia berdiri tegak sehingga luruslah tiap-tiap tulangpunggunya seperti semula; lalu apabila sujud, ia meletakkan kedua telapak tangannya pada tanah(tempat sujud) dengan tidak meletakkan lengan dan tidak merapatkan pada lambung, dan ujung-ujung jari kakinya dihadapkan ke arah Qiblat. Kemudian apabila duduk pada raka’at kedua ia duduk di atas kaki kirinya dan menumpukkan kaki yang kanan. Kemudian apabila duduk pada raka’at terakhir ia majukan kaki kirinya dan menumpukan kaki kanannya serta duduk bertumpu pada pantatnya.”
[4] HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah r.a. menceritakan, “Bahwa Rasulullah s.a.w. dalam ruku’ dan sujudnya beliau mengucapkan “Subhânaka Allâhumma rabbanâ wa bihamdika Allâhummaghfirlî”
[5] HR. Lima ahli hadits (Abu Daud, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad) dari Hudzaifah katanya : “Aku shalat bersama Nabi s.a.w. maka dalam rukunya beliau membaca :”Subhâna rabbiyal ‘adhîm”, dan sujudnya beliau membaca “subhâna rabbiyal a’lâ”….” Al-Hadits
[6] HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i dari ‘Aisyah r.a. : “Bahwa Rasulullah s.a.w. dalam ruku’ dan sujudnya membaca : “Subbûhun quddûsun rabbul-malâ`ikati warrûh”.
[7] HR. Bukhari dari Abu Humaid Sa’idi r.a. yang berkata : “Saya lebih cermat dari padamu tentang shalat Rasulullah s.a.w. kulihat apabila beliau bertakbir, mengangkat kedua tangannya sejurus dengan bahunya dan apabila ruku’meletakkan kedua tangannya pada lututnya, lalu membungkukkan punggungnya, lalu apabila mengangkat kepalanya ia berdiri tegak sehingga luruslah tiap-tiap tulangpunggunya seperti semula; lalu apabila sujud, ia meletakkan kedua telapak tangannya pada tanah(tempat sujud) dengan tidak meletakkan lengan dan tidak merapatkan pada lambung, dan ujung-ujung jari kakinya dihadapkan ke arah Qiblat. Kemudian apabila duduk pada raka’at kedua ia duduk di atas kaki kirinya dan menumpukkan kaki yang kanan. Kemudian apabila duduk pada raka’at terakhir ia majukan kaki kirinya dan menumpukan kaki kanannya serta duduk bertumpu pada pantatnya.”
[8] HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a. mengatakan : “bahwa Rasulullah s.a.w. kalau shalat ia bertakbir ketika (memulai) melaksanakannya, lalu bertakbir ketika ruku’,lalu membaca “sami’allâhu liman hamidah”ketika mengangkat punggung (bangun) dari ruku’, saat berdiri tegak berdo’a “rabbanâ wa lakal-hamdu”, lalu takbir tatkala hendak sujud, lalu bertakbir tatkala mengankat kepala (bangun dari sujud dan duduk sejenak), lalu bertakbir tatkala hendak sujud (lagi), lalu bertakbir tatkala hendak berdiri; kemudian melakukan itu dalam semua shalatnya serta bertakbir tatkala berdiri dari raka’at yang kedua sesudah duduk”.
[9] HR. Bukhari dari Abu Humaid Sa’idi r.a. yang berkata : “Saya lebih cermat dari padamu tentang shalat Rasulullah s.a.w. kulihat apabila beliau bertakbir, mengangkat kedua tangannya sejurus dengan bahunya dan apabila ruku’meletakkan kedua tangannya pada lututnya, lalu membungkukkan punggungnya, lalu apabila mengankat kepalanya ia berdiri tegak sehingga luruslah tiap-tiap tulangpunggunya seperti semula; lalu apabila sujud, ia meletakkan kedua telapak tangannya pada tanah(tempat sujud) dengan tidak meletakkan lengan dan tidak merapatkan pada lambung, dan ujung-ujung jari kakinya dihadapkan ke arah Qiblat. Kemudian apabila duduk pada raka’at kedua ia duduk di atas kaki kirinya dan menumpukkan kaki yang kanan. Kemudian apabila duduk pada raka’at terakhir ia majukan kaki kirinya dan menumpukan kaki kanannya serta duduk bertumpu pada pantatnya.”
dan HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi s.a.w. bersabda : “Apabila kamu menjalankan shalat bertakbirlah, lalu membaca sekedar dari Qur’an, lalu ruku’ sehingga tenang (tuma’ninah), terus berdiri sampai lurus, kemudian sujud sehingga tenang, kemudian duduklah sampai tenang, lalu sujud lagi sehingga tenang pula; kemudian lakukanlah seperti itu dalam semua shalatmu”.
HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a. mengatakan : “bahwa Rasulullah s.a.w. kalau shalat ia bertakbir ketika (memulai) melaksanakannya, lalu bertakbir ketika ruku’,lalu membaca “sami’allâhu liman hamidah”ketika mengangkat punggung (bangun) dari ruku’, saat berdiri tegak berdo’a “rabbanâ wa lakal-hamdu”, lalu takbir tatkala hendak sujud, lalu bertakbir tatkala mengankat kepala (bangun dari sujud dan duduk sejenak), lalu bertakbir tatkala hendak sujud (lagi), lalu bertakbir tatkala hendak berdiri; kemudian melakukan itu dalam semua shalatnya serta bertakbir tatkala berdiri dari raka’at yang kedua sesudah duduk”.
[10] HR. Muttafaq ‘alaih dari Ibnu ‘Abbas yang mengatakan : ‘bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda’: “Aku diperintah agar bersujud di atas tujuh tulang: dahi, (termasuk hidung) seraya menunjuk hidungnya, di atas dua tangan, kedua lutut dan di atas kedua ujung jari kaki”.
[11] HR. Lima Imam kecuali Ahmad dari Wail bin Hadjur, katanya : “Aku melihat Rasulullah s.a.w. bila bersujud meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangannya dan kalau berdiri mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lututnya”.
[12] HR. Bukhari dari Abu Humaid Sa’idi r.a. yang berkata : “Saya lebih cermat dari padamu tentang shalat Rasulullah s.a.w. kulihat apabila beliau bertakbir, mengangkat kedua tangannya sejurus dengan bahunya dan apabila ruku’meletakkan kedua tangannya pada lututnya, lalu membungkukkan punggungnya, lalu apabila mengankat kepalanya ia berdiri tegak sehingga luruslah tiap-tiap tulangpunggunya seperti semula; lalu apabila sujud, ia meletakkan kedua telapak tangannya pada tanah(tempat sujud) dengan tidak meletakkan lengan dan tidak merapatkan pada lambung, dan ujung-ujung jari kakinya dihadapkan ke arah Qiblat. Kemudian apabila duduk pada raka’at kedua ia duduk di atas kaki kirinya dan menumpukkan kaki yang kanan. Kemudian apabila duduk pada raka’at terakhir ia majukan kaki kirinya dan menumpukan kaki kanannya serta duduk bertumpu pada pantatnya.”
dan HR. Muttafaq ‘alaih dari Abdullah bin Malik bin Buhainah : “Bahwa Nabi s.a.w. jika shalat merenggangkan antara kedua tangannya sehingga kelihatan putih ketiaknya”. Dan HR. Muslim bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : “Bila kamu bersujud, letakkanlah kedua belah telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu”.
[13] HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah r.a. menceritakan, “Bahwa Rasulullah s.a.w. dalam ruku’ dan sujudnya beliau mengucapkan “Subhânaka Allâhumma rabbanâ wa bihamdika Allâhummaghfirlî”
[14] HR. Lima ahli hadits (Abu Daud, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad) dari Hudzaifah katanya : “Aku shalat bersama Nabi s.a.w. maka dalam rukunya beliau membaca :”Subhâna rabbiyal ‘adhîm”, dan sujudnya beliau membaca “subhâna rabbiyal a’lâ”….” Al-Hadits
[15] HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i dari ‘Aisyah r.a. : “Bahwa Rasulullah s.a.w. dalam ruku’ dan sujudnya membaca : “Subbûhun quddûsun rabbul-malâ`ikati warrûh”.
[16] HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a. mengatakan : “bahwa Rasulullah s.a.w. kalau shalat ia bertakbir ketika (memulai) melaksanakannya, lalu bertakbir ketika ruku’,lalu membaca “sami’allâhu liman hamidah”ketika mengangkat punggung (bangun) dari ruku’, saat berdiri tegak berdo’a “rabbanâ wa lakal-hamdu”, lalu takbir tatkala hendak sujud, lalu bertakbir tatkala mengangkat kepala (bangun dari sujud dan duduk sejenak), lalu bertakbir tatkala hendak sujud (lagi), lalu bertakbir tatkala hendak berdiri; kemudian melakukan itu dalam semua shalatnya serta bertakbir tatkala berdiri dari raka’at yang kedua sesudah duduk”.
[17] HR. Tirmidzi dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa Nabi s.a.w. di antara kedua sujud mengucapkan : “Allâhummaghfirlî warhamnî wajburnî wahdinî warzuqnî”
[18] dan HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi s.a.w. bersabda : “Apabila kamu menjalankan shalat bertakbirlah, lalu membaca sekedar dari Qur’an, lalu ruku’ sehingga tenang (tuma’ninah), terus berdiri sampai lurus, kemudian sujud sehingga tenang, kemudian duduklah sampai tenang, lalu sujud lagi sehingga tenang pula; kemudian lakukanlah seperti itu dalam semua shalatmu”.
[19] HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a. mengatakan : “bahwa Rasulullah s.a.w. kalau shalat ia bertakbir ketika (memulai) melaksanakannya, lalu bertakbir ketika ruku’,lalu membaca “sami’allâhu liman hamidah”ketika mengangkat punggung (bangun) dari ruku’, saat berdiri tegak berdo’a “rabbanâ wa lakal-hamdu”, lalu takbir tatkala hendak sujud, lalu bertakbir tatkala mengankat kepala (bangun dari sujud dan duduk sejenak), lalu bertakbir tatkala hendak sujud (lagi), lalu bertakbir tatkala hendak berdiri; kemudian melakukan itu dalam semua shalatnya serta bertakbir tatkala berdiri dari raka’at yang kedua sesudah duduk”.
[20] HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a. mengatakan : “bahwa Rasulullah s.a.w. kalau shalat ia bertakbir ketika (memulai) melaksanakannya, lalu bertakbir ketika ruku’,lalu membaca “sami’allâhu liman hamidah”ketika mengangkat punggung (bangun) dari ruku’, saat berdiri tegak berdo’a “rabbanâ wa lakal-hamdu”, lalu takbir tatkala hendak sujud, lalu bertakbir tatkala mengankat kepala (bangun dari sujud dan duduk sejenak), lalu bertakbir tatkala hendak sujud (lagi), lalu bertakbir tatkala hendak berdiri; kemudian melakukan itu dalam semua shalatnya serta bertakbir tatkala berdiri dari raka’at yang kedua sesudah duduk”.
[21] HR. Bukhari dari Malik bin Huwairits mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. shalat : “Maka apabila beliau berada dalam raka’at ganjil dari shalatnya, sebelum berdiri beliau duduk dulu sejenak sehingga lurus duduknya.”
[22] HR. Bukhari : “Apabila beliau bangun dari sujud yang kedua (untuk berdiri, beliau duduk sejenak dan menekan (tangan) pada tanah, lalu berdiri.”

Minggu, 01 Maret 2009

FIQH PRAKTIS : Tatacara Shalat Wajib (1)

SHALAT[1]
A. SYARAT SAH SHALAT
1. Sudah masuk waktu (shalat wajib; Dluhur, Ashar, Maghrib, Isya, Shubuh )[2]
2. Dalam keadaan suci (sudah berwudlu/tayammum)[3]
3. Badan, Pakaian dan tempatnya tidak terdapat najis[4]
4. Menutup aurat[5], bagi laki-laki dengan berpakaian rapi, untuk perempuan menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.[6]
B. TATA CARA SHALAT WAJIB RASULULLAH S.A.W.[7]
1.
Berdiri tegak[8], lalu Menghadap Qiblat (Ka’bah)[9], lalu Menentukan batas sujud (suthrah) supaya tidak ada yang lewat di antara tempat berdiri dengan batas sujudnya[10]






2. lalu Mengucapkan takbiratul ikhram: “Allâhu Akbar”[11] seraya mengikhlaskan niat karena Allah[12]
dalam hati disertai gerakan mengangkat kedua tangan, hingga ujung ibu jari sejajar dengan ujung bawah telinga dan telapak tangan sejajar dengan bahu.[13]
اللّـــــهُ اَكـْــــــبَرُ
(Allâhu Akbar)
Artinya :
“Allah Maha Besar”
3. lalu Meletakan tangan kanan di punggung tangan kiri di atas dada[14]





4. lalu Membaca do’a iftitah :
اَلَّلهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَا خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشِْرِق وَالْمَغِْربِ
اَلَّلهُمَّ نَقِنِيْ مِنَ الْخَطَايَايَ كَمَا يُنَقىالثوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَِس
اَلَّلهُمَّ اغْسِلْ مِنَ الْخَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالْثلْجِ وَالْبَرَدِ
1) “Allâhumma bâ’id bainî wa bainâ khathâyâya kamâ ba’adta bainal masyriqi wal maghribi.
Allâhumma naqqinî minal khathâyâyâ kamâ yunaqqats tsaubul ‘abyadlu minad danâts.
Allâhummagh-shil khathâyâyâ bil-ma`i wa tsalzi wal-baradi”[15]
Artinya :
“Yaa Allah jauhkanlah antara aku dan kesalahanku, sebagaimana telah Engkau jauhkan antara timur dan barat. Yaa Allah bersihkan aku dari kesalahanku sebagaimana dibersihkannya kain putih dari kotoran. Yaa Allah cucilah sebaga kesalahanku dengan air, salju dan embun.”
Atau :
وَجَهْتُ وَجْهِيَ ِلَّلذِى فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالاَرِْض حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشِْركِيْنَ. اِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ ِللهِ رِبِّ الْعَالَمِيْنَ. لاَشَِريْكَ لَهُ وَبِدَالِكَ اُمِرْتُ وَاَنَااَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ (مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ). الَّلهُمَّ اَنْتَ الْمَلِكُ لاَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ, اَنْتَ رَبِّيْ وَاَنَا عَبْدُكَ, ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَاعْترَفْتُ بِذَنْبِيْ, فَاغْفِرْلِيْ ذُنُوْبِيْ جَمِيْعًا, لاَيَغْفِرُالذُنُوْبِ اِلاَّ اَنْتَ. وَاهْدِنِيْ ِلاَحْسَِن اْلاَخْلاَِق لاَيَهْدِى ِلاَحْسَنِهَااِلاَّ اَنْتَ, وَاصِْرفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَا لاَيَصِْرفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَا اِلاَّ اَنْتَ, لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُكُلُّهُ فِيْ يَدَيْكَ, وَالشَّرُّ لَيْسَ اِلَيْكَ اَنَا بِكَ وَاِلَيْكَ, تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ اَشْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلًيْكَ
2) “Wajjahtu wajhiya lilladzî fatharas samâwâti wal`ardla hanîfam muslima wama ana minal musrikîn. Inna shalâtî wa nusukî wa mahyâya wa mamâtî lillâhi rabbil ‘alamîn lâ syarîka lahû wa bidzâlika umirtu wa ana minal (awwalu) muslimîn. Allâhumma antal maliku lâ ilâha illâ anta rabbî wa ana ‘abduka, dhalamtu nafsî wa’taraftu bidzunûbî faghfirlî dzunûbî jamî’â, innahu lâ yaghfirudz dzunûbi illâ anta, wahdinî liahsanil akhlâqi lâ yahdî liahsaniha illâ anta. Washrif ‘annî sayyi`ahâ lâ yashrifu ‘annî sayyi`ahâ illâ anta. Labbaika wa sa’daika, wasy syarru laisa ilaika. Ana bika wa ilaika, tabârakta wa ta’alaita, asytaghfiruka wa atûbu ilaik”[16]
Artinya :
“Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kehadapan yang menjadikan langit dan bumi, dengan penuh ketulusan hati dan menyerah diri, dan aku bukanlah golongan orang-orang yang musyrik (menyekutukan Allah). Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah kepunyaan Allah yang menguasai alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan dengan demikian aku diperintah dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri (Muslim). Yaa Allah, Engkaulah Raja, tidak ada yang layak disembah melainkan Engkau. Engkau Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu, aku telah berbuat aniaya pada diriku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah dosa-dosaku semua, karena tidak akan ada yang dapat mengampuni selain Engkau. Dan berilah aku petunjuk-Mu supaya berbudi pekerti yang baik, karena tidak ada yang dapat memberi petunjuk budi pekerti yang baik selain Engkau. Dan jauhkanlah dari padaku kelakuan yang yang jahat, karena tidak ada yang dapat menjauhkan kecuali Engkau. Aku junjung dan aku patuhi perintah-Mu, sedang semua kebaikan itu ada dalam kekuasaan-Mu, dan kejahatan itu tidak kepada-Mu. Aku senantiasa dengan Engkau dan kembali kepada-Mu. Engkaulah yang Maha memberkati dan Maha Mulia. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
5. lalu membaca QS. Al-Fâtihah[17] dengan basmallah sebagai ayat pertama[18]
(Bismillâhirrahmânirrahîm(1) Al-hamdulillâhi rabbil’âlamîn(2) arrahmânir-rahîm(3) mâliki yaumiddîn(4) iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în(5) ihdinash-shirâthal mustaqîm(6) shirâthal-ladzîna an’amta ‘alaihim ghairil-maghdhûbi ‘alaihim waladh-dhâllîn(7))
Artinya :
“1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang 2. Segala puji bagi Allah Tuhan alam semesta, 3. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, 4. Raja hari kemudian (akhirat), 5. Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan, 6. Tunjukkanlah kami kepada jalan yang lurus, 7. (yaitu) jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai lagi sesat.”
6. lalu akhiri Fâtihah dengan do’a “ââmmîîn”[19]
اَمِيْــــــــــــــن
(ââmmîîn)
Artinya :
“Semoga di Allah mengabulkan”
7. lalu membaca satu surat dari Al-Qur’an[20] dengan perlahan-lahan dan memperhatikan artinya[21], contoh : QS Al-Ikhlash
(Qul huwallâhu ahad(1) Allâhush-shamad(2) lam yalid walam yûlad(3) walam yakul-lahû kufuwan ahad(4)(
Artinya :
“1. Katakanlah ! Dia Allah Maha Esa, 2. Allah tempat meminta, 3. Dia tidak beranak dan tidak diperanakan, 4. Dan tidak ada satupun yang setara dengannya.”

[1] QS. An-Nisâ’ : 103 artinya : “….Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban orang-orang beriman yang telah ditentukan waktunya.” Dan HR. Bukhari dan Muslim dari Thalhah bin ‘Ubaidillah bahwa ada seorang laki-laki penduduk Najed yang kusut rambut kepalanya, datang kepada Rasulullah s.a.w. yang kami dengar dengungan ucapannya, tetapi tidak kami pahami apa yang dikatakannya bila tidak dekat, sehingga kami mendekat, rupanya ia menanyakan tentang Islam; maka sabda Rasulullah. :”Shalat lima waktu dalam sehari semalam.” Tanya orang tadi : ‘Ada lagi kewajibanku selain itu ?.’ Jawab Nabi s.a.w.: Tidak, kecuali bila kamu hendak bertathawwu(shalat sunnat).”
[2] HR. Ahmad dan Tirmidzi dari Jabir katanya : “Bahwasanya Jibril telah datang kepada Nabi s.a.w., lalu ia berkata : “Marilah shalat !”, lantas ia shalat dzuhur di waktu matahari condong; kemudian ia datang kepada Nabi di waktu ‘Ashar, lalu berkata : “Marilah shalat !” lantas ia shalat ‘Ashar, diwaktu bayangan tiap-tiap sesuatu itu jadi sama panjangnya dengan(ukuran) benda tersebut ; kemudian ia datang kepada Nabi di waktu maghrib. Lalu ia berkata : “marilah shalat !”, lantas ia shalat maghrib di waktu terbenam matahari, kemudian ia datang kepada Nabi di waktu ‘Isya’, lalu berkata : “Marilah kita shalat !”, lantas ia shalat ‘Isya’ di waktu telah hilang bayangan merah (tempat matahari terbenam); kemudian ia datang kepada Nabi diwaktu Shubuh, lalu ia berkata : “marilah kita shalat !”,lantas ia shalat Shubuh diwaktu terbit fajar ; kemudian ia datang kepada Nabi pada esok di waktu Dzuhur lalu ia berkata : “Marilah shalat !”, lantas ia shalat dzuhur di waktu bayangan tiap tiap sesuatu itu jadi sama panjangnya dengan(ukuran) benda tersebut; kemudian ia datang kepada Nabi di waktu ‘Ashar, lalu berkata : “Marilah shalat !” lantas ia shalat ‘Ashar, diwaktu bayangan tiap-tiap sesuatu dua kali lipat panjangnya dengan(ukuran) benda tersebut ; kemudian ia datang kepada Nabi di waktu maghrib. Lalu ia berkata : “marilah shalat !”, lantas ia shalat maghrib di waktu sama dengan semalam, kemudian ia datang kepada Nabi di waktu ‘Isya’, lalu berkata : “Marilah kita shalat !”, lantas ia shalat ‘Isya’ di waktu lewat tengah malam; kemudian ia datang kepada Nabi di waktu terang (tapi belum terbit matahari, lalu ia berkata : “marilah kita shalat !”,lantas ia shalat Shubuh; kemudian ia berkata: “Antara dua waktu-waktu itulah waktu bagi masing-masing shalat.”
[3] QS. Al-Maidah : 6 “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
dan HR. Abu Daud dan Tirmidzi : “Kunci shalat itu wudlu, permulaannya takbir dan penutupnya salam”.
[4] HR. Imam Enam Ahli Hadits dari Asma’ binti Abu Bakar r.a. berkata :”Datang kepada Nabi s.a.w. seorang wanita berkata : seorang dari pada kami pakaiannya terkena darah haidl, dan bertanya ‘bagaimana seharusnya kami lakukan?’ Maka Nabi bersabda: “Supaya dia menghilangkan dan mencuci pakaian itu dengan air, kemudian disiram lalu dipakai shalat.”
[5] HR. Lima Ulama Hadits dari ‘Aisyah r.a. bahwa Rasulullah bersabda : “Tidak akan diterima shalat seorang wanita yang mencapai usia haidl kecuali mengenakan penutup kepala dan leher”dan HR. Abu Daud dari Ummu Salamah r.a., ia bertanya kepada Rasulullah s.a.w. : Shah-kah wanita shalat dengan mengenakan baju kurung dan kerudung ? Beliau menjawab : “Jika baju kurung itu panjang ke bawah menutup punggung kedua telapak kakinya” HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasa’I dari .
[6] QS. Al-A’râf : 31 “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah (rapi) setiap kali( masuk) masjid”
[7] HR. Bukhari dari Malik bin Huwairits r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”.
[8] HR. Muslim Ahmad dan Ibn Hibban tentang sifat shalat Rasulullah : “Sehingga berdiri tegak dengan tenang”
[9] HR. Jama’ah dengan lafadz dari Bukhari : “Apabila kamu berdiri hendak shalat maka sempurnakanlah wudlu, kemudian menghadaplah ke Qiblat…..” al-Hadits
[10] HR. Muslim dari Ibnu ‘Umar : ‘Bahwa Rasulullah s.a.w. apabila keluar pada Hari raya beliau meminta tongkat, kemudian dipancangkan di depannya, lalu shalat menghadap ke arahnya sedangkan orang banyak shalat di belakangnya. Beliau kerjakan demikian pula saat bepergian. Berdasarkan atas pekerjaan Nabi yang tersebut ini, maka kepala-kepala negara (raja dan amir) menjalankan yang demikian itu.”
Dan HR. Jama’ah dari Juhaim, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :”Andaikata orang lewat di depan orang yang shalat itu mengerti besarnya dosa yang dipikulkan kepadanya, niscaya akan lebih baik dia menunggunya (selesai shalat) meski selama 40 dari pada melalui di depannya, yaitu 40 hari atau 40 bulan atau 40 tahun.”
[11] HR. Bukhari dan Muslim : “Bila kamu menjalankan shalat, maka takbirlah” Dan HR. Ibnu Majah dari Abu Humaid Sa’idi “bahwa Rasulullah s.a.w., jika shalat ia menghadap Qiblat dan mengangkat kedua belah tangan dengan membaca “Allahu Akbar.”
[12] Q.S. Al-Bayyinah : 5 “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan (ikhlas) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
dan hadits riwayat Bukhari dan Muslim : “Sesungguhnya (syahnya) amal itu tergantung pada niatnya”
[13] HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Umar bahwa “Nabi s.a.w. mengangkat kedua tangannya selurus bahunya bila ia memulai shalat, dan bila mengangkat kepalanya dari ruku’ ia mengangkat dengan mengucapkan : “Sami’allahu liman hamidah, rabbana wa lakalhamdu”dan tidak menjalankan demikian itu dalam (hendak) sujud.”
[14] HR. Abu Daud dan Nasa’i dari Wail : “Lalu beliau meletakkan tangan kanannya pada punggung telapak tangan kirinya, serta pergelangan dan lengannya.” Dan HR. Huzaimah dari Wail yang berkata : “Saya shalat bersama Rasulullah s.a.w. dan beliau meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya di atas dadanya”.
[15] HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah berkata : “Adalah Rasulullah s.a.w. apabila setelah takbir untuk shalat dia diam sejenak sebelum membaca (al-fatihah), maka aku bertanya, maka jawab Rasulullah : aku membaca :” Allâhumma bâ’id bainî wa bainâ khathâyâyâ kamâ ba’adta bainal masyriqi wal maghribi. Allâhumma naqqinî minal khathâyâyâ kamâ yunaqqats tsaubul ‘abyadlu minad danâts. Allâhummagh-shil khathâyâyâ bil-ma`i wa tsalzi wal-baradi”.
[16] HR. Muslim dari Ali bin Abi Thâlib r.a. : “bahwa Rasulullah s.a.w. sesungguhnya apabila berdiri untuk shalat berkata : “Wajjahtu wajhiya lilladzî fatharas samâwâti wal`ardla hanîfam muslima wama ana minal musrikîn. Inna shalâtî wa nusukî wa mahyâya wa mamâtî lillâhi rabbil ‘alamîn lâ syarîka lahû wa bidzâlika umirtu wa ana minal (awwalu) muslimîn. Allâhumma antal maliku lâ ilâha illâ anta rabbî wa ana ‘abduka, dhalamtu nafsî wa’taraftu bidzunûbî faghfirlî dzunûbî jamî’â, innahu lâ yaghfirudz dzunûbi illâ anta, wahdinî liahsanil akhlâqi lâ yahdî liahsaniha illâ anta. Washrif ‘annî sayyi`ahâ lâ yashrifu ‘annî sayyi`ahâ illâ anta. Labbaika wa sa’daika, wasy syarru laisa ilaika. Ana bika wa ilaika, tabârakta wa ta’alaita, asytaghfiruka wa atûbu ilaik”
[17] HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah bersabda : “Tidak shah shalatnya orang yang tidak membaca permulaan Kitab (Al-Fâtihah)”.
[18] HR. Nasa’i, Ibnu Khuzaimah, Siraj dan Ibnu Hibban dari Nu’aim Mujmir katanya : “Saya bershalat di belakang Abu Hurairah r.a. maka ia membaca “bismillâhirrahmânirrahîm” lalu membaca induk Qur’an (Al-Fâtihah) sehingga tatkata sampai pada “wa lâdh dhââlîîn” beliau membaca ”ââmmîîn” dan orang-orangpun bersama-sama membaca ”ââmmîîn”. Begitu juga tiap-tiap hendak sujud, mengucapkan”Allâhu Akbar” dan bila berdiri dari duduk dalam raka’at kedua beliau mengucapkan: ”Allâhu Akbar”. Setelah bersalam beliau berkata: ‘Demi yang menguasai diriku, sungguh shalatku yang paling menyerupai shalatnya Rasulullah s.a.w.”.
[19] HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi s.a.w. brsabda : “Apabila imam membaca ”ââmmîîn”karena sungguh bila bacaan ”ââmmîîn”nya bersamaan dengan ”ââmmîîn”nya malaikat, tentu diampuni dosanya yang telah lalu”.
HR. Nasa’i, Ibnu Khuzaimah, Siraj dan Ibnu Hibban dari Nu’aim Mujmir katanya : “Saya bershalat di belakang Abu Hurairah r.a. maka ia membaca “bismillâhirrahmânirrahîm” lalu membaca induk Qur’an (Al-Fâtihah) sehingga tatkata sampai pada “wa lâdh dhââlîîn” beliau membaca ”ââmmîîn” dan orang-orangpun bersama-sama membaca ”ââmmîîn”. Begitu juga tiap-tiap hendak sujud, mengucapkan”Allâhu Akbar” dan bila berdiri dari duduk dalam raka’at kedua beliau mengucapkan: ”Allâhu Akbar”. Setelah bersalam beliau berkata: ‘Demi yang menguasai diriku, sungguh shalatku yang paling menyerupai shalatnya Rasulullah s.a.w.”.

[20] HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Qatadah bahwa Nabi s.a.w. dalam shalat dhuhur pada(dua) raka’at permulaan (ke-1 dan 2) membaca fâtihah dan dua surat, dan pada (dua) raka’at terakhir (ke-3 dan 4) mambaca fâtihah saja dan beliau memperdengarkan kepada kami akan bacaan ayat itu dan pada raka’at pertama lebih panjang (bacaan suratnya) tidak seperti raka’at kedua; demikian juga dalam shalat ‘Ashar dan Shubuh.
[21] QS. Muhammad : 24 artinya : “Apakah mereka tidak memperhatikan (makna) Al-Qur’an, ataukah pada hati mereka ada tutupnya”.
Dan QS. Muzzammil : 5 artinya : “dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan (tartîl)”.

Almamater-ku : Ponpes. Darul Arqam Muhammadiyah - GARUT

Almamater-ku : Ponpes. Darul Arqam Muhammadiyah - GARUT
klik gambar

PEMETAAN